Jumat, 30 April 2010

ITIK MOJOSARI


Itik Mojosari merupakan salah satu itik petelur unggul lokal yang berasal dari
Kecamatan Mojokerto Jawa Timur. Itik ini berproduksi lebih tinggi dari pada itik Tegal. Itik
Mojosari berpotensi untuk dikembangkan sebagai usaha ternak itik komersial, baik pada
lingkungan tradisional maupun intensif.

Bentuk badan itik Mojosari relatif lebih kecil dibandingkan dengan itik petelur lainnya,
tetapi telurnya cukup besar, enak rasanya dan digemari konsumen.

Ciri-ciri itik Mojosari, antara lain:
* Warna bulu kemerahan dengan variasi coklat kehitaman, pada itik jantan ada 1-2 bulu
ekor yang melengkung ke atas.
* Warna paruh dan kaki hitam.
* Berat badan dewasa rata-rata 1,7 kg.
* Produksi telur rata-rata 230-250 butir/tahun.
* Berat telur rata-rata 65 gram.
* Warna kerabang telur putih kehijauan
* Masa produksi 11 bulan/tahun.

Itik Mojosari yang bertelur pertama kali pada umur 25 minggu memiliki masa produksi
lebih lama, bisa sampai 3 periode masa produktif.
Setelah umur 7 bulan produksinya mulai stabil dan banyak. Dengan perawatan yang
baik produksi perhari dapat mencapai rata-rata 70-80% dari seluruh populasi.

Sumber : www.pustaka-deptan.go.id

ITIK ALABIO


Salah satu jenis itik yang sering dibudidayakan sebagai itik petelur adalah itik alabio. Itik yang berasal dari Kabupaten Hulu Sungai Utara, Provinsi Kalimantan Selatan, itu dalam setahun mampu memproduksi telur sebanyak 230 butir. Dalam umur 6 bulan itik alabio sudah mampu memproduksi telur dengan bobot rataan telur pertama 55,0 gram. Sedang bobot rataan telur selama produksi seberat 62 gram. Puncak produksi telur yang dapat dicapai itik alabio sebesar 90% pada sekitar minggu ke-12.

Secara tradisional, itik alabio dipelihara di daerah rawa yang banyak terdapat di Kalimantan Selatan dengan sistem pemeliharaan yang disebut sistem lanting. Di daerah rawa itulah itik alabio memperoleh pakan berupa keong air sebagai sumber protein dan sagu atau dedak sebagai sumber kalori. Seiring perkembangan dunia peternakan, itik alabio sekarang sudah dikembangkan secara intensif. Tidak hanya di Hulu Sungai Utara saja, namun juga berkembang pesat di Pulau Jawa dan Bali.

Itik dari jenis mallard itu disebut alabio, karena di Hulu Sungai Utara paling banyak dijual di pasar Alabio. Sebagai plasma nutfah Indonesia, itik alabio memiliki tubuh relatif besar dibanding itik jenis lainnya. Bobot badannya untuk dewasa betina mencapai 1,6 kg – 1,8 kg dan dewasa jantan 1,8 kg – 2,0 kg. Warna bulunya coklat dengan bintik-bintik putih di seluruh badan dengan garis putih di sekitar mata. Pada jenis jantan, warna bulu cenderung gelap. Sayapnya terdapat beberapa helai bulu suri berwarna hijau kebiruan mengkilap. Warna paruh dan kaki kuning terang.

Sumber : http://superpedia.rumahilmuindonesia.net

ITIK MA (RAJA & RATU)


Puluhan tahun lamanya popularitas itik alabio sebagai petelur unggul tak tergoyahkan. Maklum, itik yang satu ini rata-rata produksi telurnya 230 butir/tahun (62,8%). Namun, Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Ciawi, Bogor, Jawa Barat, berhasil mengembangkan itik MA-2000 yang produktivitasnya lebih tinggi. Rata-rata produksi telur dalam setahun 261 butir/ekor (71,5%).

Produktivitas itu memang masih lebih rendah dibanding CV-2000 INA yang sempat populer di akhir 90-an.

CV-2000 menghasilkan 275 butir/ekor/tahun. Namun, itik MA-2000 memiliki kelebihan: kerabang telur hijau kebiruan; CV-2000 berwarna putih. Konsumen dalam negeri menyukai telur berkerabang hijau.

Berkat keistimewaan itu, para peternak menjuluki betina MA-2000 sebagai itik ratu. Sang ratu lahir dari persilangan alabio dan itik mojosari terpilih. ‘Parent stocknya berasal dari itik mojosari dan alabio yang telah diseleksi selama 5 generasi sejak 2000,’ ujar Dr L Hardi Prasetyo, peneliti itik ratu dari Balitnak.

Maklum meski itik alabio adalah penghasil telur yang andal, tingkat keragaman produksinya cukup tinggi. Dalam 1 populasi ada kemungkinan 22-53% di antaranya berproduksi rendah. Oleh sebab itu, seleksi dilakukan agar itik yang dijadikan indukan memiliki gen penghasil telur dengan produktivitas tinggi.

Dengan sifat-sifat unggul yang diturunkan induknya, wajar jika itik ratu bisa menghasilkan lebih banyak telur. Produktivitasnya pun cukup seragam. Pada puncak produksi, di minggu ke-16, itik yang bertelur mencapai 93,7%. Selain itu, itik ratu mulai bertelur umur 4,5-5 bulan, lebih cepat 2 minggu dibanding alabio dan 3 minggu dibanding mojosari. Semua keunggulan itu terjadi jika itik yang disilangkan adalah jantan mojosari dan betina alabio. Kombinasi sebaliknya, produktivitasnya lebih rendah.

Intensif

Kehadiran itik ratu sebagai petelur unggul sangat dinantikan peternak komersial. Dengan produktivitas tinggi, biaya pakan yang dikeluarkan peternak tertutupi. Terbukti budidaya itik ratu mulai menghasilkan keuntungan setelah berproduksi selama 10 bulan. Padahal, masa produksinya hingga 2 tahun.

Meski secara genetik unggul, peternak harus melakukan pemeliharaan itik ratu dengan baik. Di antaranya, meminimalisir faktor pemicu stres. Itik yang dikandangkan rawan stres jika ada gangguan. Oleh sebab itu, kandang itik sebaiknya dibuat di tempat yang relatif tenang, jauh dari kebisingan. Ini penting karena produktivitas itik yang stres bisa turun antara 10-20 %.

Kondisi akan semakin parah jika itik sudah ‘mapan’ berproduksi. Pada umur produksi 6 bulan ke atas, Produktivitas itik baru bisa pulih 2 bulan kemudian. Namun, jika itik baru belajar bertelur, masa pemulihan bisa lebih cepat, hanya 2-3 hari. Itik yang stres ditandai dengan rontoknya bulu dada dan sayap. Jika bulu sayap rontok semua, itik akan berhenti berproduksi.

Pakan

Selain kondisi tempat, pakan yang berubah-ubah juga bisa memicu stres. Konsentrat buatan pabrik dicampur dedak dan jagung bisa mencukupi kebutuhan energi, protein kasar, dan serat kasar bagi itik.

Namun, jagung yang diberikan ke itik tidak boleh disimpan terlalu lama. ‘Sebab, jamur Aspergillus flavus yang tak kasat mata bisa tumbuh, dan meracuni itik dengan aflatoksinnya,’ ujar Hardi. Tambahkan pakan berupa hijauan seperti kiambang atau azolla yang kaya vitamin dan dapat memekatkan warna kuning telur.

Agar pakan irit, itik sebaiknya tidak dibiarkan membuang terlalu banyak energi. Pembuatan kolam yang luas di kandang merangsang itik untuk bermain dan berenang-renang. Akibatnya, energi dari pakan yang seharusnya disimpan untuk bertelur, justru terbuang percuma. Kolam kecil tetap dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan air minum itik dan membasahi bulu-bulunya saat udara panas.

Bibit

Sayang ketersediaan bibit itik ratu masih terbatas. Ini karena MA-2000 adalah itik hibrida, sehingga telur yang dihasilkan tidak untuk dibibitkan lagi. Pembibitan harus dilakukan dengan menyilangkan parent stock.

Penyedia terbanyak bibit itik ratu di Kalimantan Selatan. Di sana, itik yang rata-rata bobot telurnya 69,7 gram itu dikembangkan oleh Balai Pembibitan Ternak Unggul Kambing, Domba, dan Itik (BPTU KDI) Pelaihari. Saat ini, BPTU Pelaihari telah memiliki 3.500 induk.

‘Kapasitas produksinya baru sekitar 10.000 DOD (day old duck, red) per bulan dengan harga jual Rp6.000/ekor,’ ujar Suyanto, kepala Seksi Jasa Produksi BPTU Pelaihari. Harga DOD parent stocknya Rp15.000/ekor. Selain di Kalimantan Selatan, itik yang memiliki alis mata mirip alabio dan paruh hitam mirip mojosari itu baru dibibitkan peternak di Kediri dan Blitar.

Sumber: Trubus

ITIK RAS PAJAJARAN

Itik Pajajaran, Hasil Pencarian Sifat Unggul

Berbekal pengalaman beternak itik selama lebih dari 45 tahun, Engko Koswara dibantu anaknya, Wafiq, berhasil menyilangkan Itik Tasik dan Itik Magelang. Gagasan awalnya adalah keinginan memiliki itik dengan sifat jinak dan penampilan yang baik serta produksi telurnya tinggi. Setelah ujicoba yang dimulai 2002, pada 2005 keduanya mendapatkan generasi ke tiga hasil persilangan tersebut, yang selanjutnya dinamai itik ras Pajajaran. “Nama itu sesuai dengan tempat tinggal kami,” terang Wafiq yang beralamat di Kampung Pajajaran RT 01 RW 03 Desa Pangauban Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat. “Agar nama daerah terangkat dari itik,” imbuhnya saat ditemui TROBOS.
Hasilnya, diperoleh itik ras baru dengan beberapa keunggulan. Disebut Engko, itik temuannya ini memiliki karakter jinak, tenang dengan tingkat stres rendah dan produksi telur stabil berkisar antara 237-300 butir per ekor per tahun. Sifat-sifat tersebut diturunkan dari sifat Itik Magelang. Sementara Itik Tasik menurunkan pada Itik Pajajaran sifat-sifat fisik, penampilan postur yang tinggi dan besar dengan bobot yang mampu mencapai lebih dari 2 kg. Selain itu, itik ini memiliki karakteristik tidak rentan terhadap penyakit. Angka kematiannya pun sangat kecil hanya 1-2 %.
Keunggulan Itik Pajajaran juga diakui Kepala Dinas Peternakan & Perikanan Kabupaten Bandung Barat, drh Adiyoto. Ditemui terpisah Adiyoto mengatakan, “Secara fenotip ras itik ini menunjukkan keunggulan berbeda dari ras itik yang ada sebelumnya. Tetapi secara genetis harus ada kajian ilmiah yang dilakukan para ahli untuk memastikan hasil persilangan ini sudah stabil atau tidak.” Ia menambahkan, pihaknya sudah mengusulkan ke tim dari Deptan dan Perguruan Tinggi agar ras baru ini diakui. Namun, lanjut Adiyoto, prosesnya tidak mudah karena harus ada pengakuan dari lembaga semacam badan standardisasi nasional dan harus ada kajian ilmiah lebih lanjut terhadap itik tersebut. Meski demikian ia memastikan, terobosan ini bisa memberi peluang baru bagi peternak yang ingin memelihara.

Penghargaan Nasional
Upaya memasyarakatkan Itik Pajajaran pun terus dilakukan. Budidaya pembesaran maupun pembibitan terus dikembangkan. Dengan mesin tetas yang dimiliki, penetasan telur Itik Pajajaran terus dilakukan sebanyak-banyaknya. Sedangkan budidaya pembesaran dan produksi telur dilakukan para peternak yang tergabung dalam wadah Kelompok Tani Ternak Itik “Family”, yang anggotanya merupakan kerabat dari Engko.
Didukung peran dan pendampingan dari Penyuluh Pertanian Subsektor Peternakan, kelompok ini telah mendapatkan berbagai penghargaan dari pemerintah di tingkat daerah sampai tingkat nasional. Terakhir, kelompok yang diketuai oleh Lukmanul Hakim ini menjadi Juara 1 Kelompok Agribisnis Peternak Itik Tingkat Nasional 2009

Sumber : Majalah Trobos edisi Februari 2010