Salah satu jenis itik yang sering dibudidayakan sebagai itik petelur adalah itik alabio. Itik yang berasal dari Kabupaten Hulu Sungai Utara, Provinsi Kalimantan Selatan, itu dalam setahun mampu memproduksi telur sebanyak 230 butir. Dalam umur 6 bulan itik alabio sudah mampu memproduksi telur dengan bobot rataan telur pertama 55,0 gram. Sedang bobot rataan telur selama produksi seberat 62 gram. Puncak produksi telur yang dapat dicapai itik alabio sebesar 90% pada sekitar minggu ke-12.
Secara tradisional, itik alabio dipelihara di daerah rawa yang banyak terdapat di Kalimantan Selatan dengan sistem pemeliharaan yang disebut sistem lanting. Di daerah rawa itulah itik alabio memperoleh pakan berupa keong air sebagai sumber protein dan sagu atau dedak sebagai sumber kalori. Seiring perkembangan dunia peternakan, itik alabio sekarang sudah dikembangkan secara intensif. Tidak hanya di Hulu Sungai Utara saja, namun juga berkembang pesat di Pulau Jawa dan Bali.
Itik dari jenis mallard itu disebut alabio, karena di Hulu Sungai Utara paling banyak dijual di pasar Alabio. Sebagai plasma nutfah Indonesia, itik alabio memiliki tubuh relatif besar dibanding itik jenis lainnya. Bobot badannya untuk dewasa betina mencapai 1,6 kg – 1,8 kg dan dewasa jantan 1,8 kg – 2,0 kg. Warna bulunya coklat dengan bintik-bintik putih di seluruh badan dengan garis putih di sekitar mata. Pada jenis jantan, warna bulu cenderung gelap. Sayapnya terdapat beberapa helai bulu suri berwarna hijau kebiruan mengkilap. Warna paruh dan kaki kuning terang.
Sumber : http://superpedia.rumahilmuindonesia.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar